Minggu, 19 Mei 2013

Ada beberapa macam tipe papan kayu 1. Solid ( kayu utuh ) Kayu utuh yang tidak dibentuk dari sambungan atau gabungan, kayu solid yang cukup populer di Indonesia al; kayu jati, sungkai, nyatoh, ramin, dan jati belanda, dll Harga kayu solid dihitung berdasarkan kubikasi, panjang x lebar x tebal.......umumnya harga kayu solid cenderung lebih mahal. 2. Layered ( plywood: multiplex, triplex, dll ) Kayu lapis yang biasa disebut tripleks atau multipleks, sesuai dengan namanya kayu lapis terbentuk dari beberapa lapis lembaran kayu. Lembaran-lembaran tersebut direkatkan dengan tekanan tinggi dan menggunakan perekat khusus. Kayu lapis yang terdiri dari tiga lembar kayu disebut tripleks. Sedangkan yang terdiri dari lebih dari tiga lembar kayu, disebut multipleks. Ketebalan kayu lapis bervariasi, mulai dari 3mm, 4mm, 9mm, dan 18mm dengan ukuran penampang standart yaitu 120cm x 240cm. Kayu lapis bisa digunakan sebagai material untuk kitchen set, tempat tidur, lemari, atau meja. Plywood memiliki banyak pilihan motif, yang kerap digunakan sebagai pelapis lemari ataupun kitchen set, al ; motif jati, sungkai, nyatoh, dll.....masing-masing motif mempunyai ciri khas dan warna tersendiri, umumnya plywood yang dilapisi oleh lapisan bermotif ini difinishing dengan cara plitur/ NC dan melamik. Selain itu ada juga melaminto, yaitu kayu lapis dengan lapisan anti air yang umumnya dipasang pada bagian dalam kitchen set ataupun untuk bagian dalam pintu kamar mandi. Ada beberapa pilihan warna pada melaminto. 3. Partikel board Jenis kayu olahan yang satu ini terbuat dari serbuk kayu kasar yang dicampur dengan bahan kimia khusus, campuran tersebut kemudian disatukan dengan lem dan dikeringkan dengan suhu tinggi. Kayu partikel banyak digunakan sebagai material untuk berbagai furnitur. Namun, kayu partikel tergolong jenis kayu yang tidak tahan lama. Dalam kurun waktu tertentu, kayu partikel bisa berubah bentuk, terutama jika terkena air dan menahan beban terlalu berat. 4. MDF/ ( Medium Density Fiberboard ) Kayu yang terbuat dari campuran bubur kayu dengan bahan kimia tertentu, cara pembuatannya mirip dengan kayu partikel. Kayu MDF merupakan material kayu olahan yang tidak tahan terhadap air dan kelembapan. Untuk daerah-daerah yang memiliki kelembapan tinggi, sebaiknya tidak menggunakan kayu MDF. Finishing kayu MDF bisa dilakukan dengan lapisan irisan kayu tipis ( veneer ), pelapis kertas ( tacon, supercon,dll ), melamik ataupun duco. Keunggulan dari MDF adalah permukaannya yang halus dan tidak berpori membuat proses finishing jauh lebih praktis dibandingkan proses finishing pada jenis kayu lainnya, namun ada juga kelemahannya yaitu harga yang relatif lebih mahal. 5. Blockboard Balok-balok kayu berukuran 4cm-5cm dipadatkan menggunakan mesin, setelah itu diberi pelapis, sehingga hasil akhirnya berupa lembaran seperti papan kayu. Blockboard memiliki dua pilihan ketebalan, 15mm dan 18mm, harganya pun cenderung lebih murah dibandingkan kayu solid. Untuk menilai kualitas kayu ada 3 faktor penentu. 1. Berat Jenis -> menentukan berat/ ringan bahan 2. Structural Strength -> menentukan kekuatan bahan dari segi struktur 3. Water Resistance Level -> menentukan ketahanan bahan terhadap air Jenis board apa yang ringan dan kuat ? Jika board yang dimaksud terbuat dari kayu utuh, perlu melihat tabel bahan kayu, karena 'kuat' ada 2 macam, kuat secara struktur, dan kemudian kuat tahan air. Banyak cara untuk menambah kekuatan aggregate, antara lain memasukkan bahan kimia tambahan ke dalam campuran aggregate, dengan demikian bahan tsb akan mampu tahan air sehingga bisa dipakai di luar ruangan (exterior) Board yang sering digunakan di industri mebel di indonesia yaitu teak-block, yang sesungguhnya adalah multipleks di mana lapisan terluarnya adalah kayu jati, namun di bagian dalam adalah kayu lunak. Treatment ini akan menambah nilai kayu tersebut, karena pola kayu yang di-'jual'. adalah kayu jati. Teknologi yang ada saat ini, telah memungkinkan lapisan kayu untuk direkatkan pada bahan yang ringan, seperti aluminium dan juga PVC. Sehingga penampilannya tetap kayu, tetapi ringan. Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/communication-media-studies/1910306-mengenal-macam-macam-kayu-dan/#ixzz2TnZyTVPt

produksi plywood


Jati adalah sejenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi 30-40 m. Berdaun besar, yang luruh di musim kemarau. Jati dikenal dunia dengan nama teak (bahasa Inggris). Nama ini berasal dari kata thekku (തേക്ക്) dalam bahasa Malayalam, bahasa di negara bagian Kerala di India selatan. Nama ilmiah jati adalah Tectona grandis L.f. Jati dapat tumbuh di daerah dengan curah hujan 1 500 – 2 000 mm/tahun dan suhu 27 – 36 °C baik di dataran rendah maupun dataran tinggi.[1] Tempat yang paling baik untuk pertumbuhan jati adalah tanah dengan pH 4.5 – 7 dan tidak dibanjiri dengan air.[2] Jati memiliki daun berbentuk elips yang lebar dan dapat mencapai 30 – 60 cm saat dewasa.[1] Jati memiliki pertumbuhan yang lambat dengan germinasi rendah (biasanya kurang dari 50%) yang membuat proses propagasi secara alami menjadi sulit sehingga tidak cukup untuk menutupi permintaan atas kayu jati.[3] Jati biasanya diproduksi secara konvensional dengan menggunakan biji. Akan tetapi produksi bibit dengan jumlah besar dalam waktu tertentu menjadi terbatas karena adanya lapisan luar biji yang keras.[3] Beberapa alternatif telah dilakukan untuk mengatasi lapisan ini seperti merendam biji dalam air, memanaskan biji dengan api kecil atau pasir panas, serta menambahkan asam, basa, atau bakteri.[4] Akan tetapi alternatif tersebut masih belum optimal untuk menghasilkan jati dalam waktu yang cepat dan jumlah yang banyak.[4] Umumnya, Jati yang sedang dalam proses pembibitan rentan terhadap beberapa penyakit antara lain leaf spot disease yang disebabkan oleh Phomopsis sp., Colletotrichum gloeosporioides, Alternaria sp., dan Curvularia sp., leaf rust yang disebabkan oleh Olivea tectonea, dan powdery mildew yang disebabkan oleh Uncinula tectonae.[5] Phomopsis sp. merupakan penginfeksi paling banyak, tercatat 95% bibit terkena infeksi pada tahun 1993-1994.[5] Infeksi tersebut terjadi pada bibit yang berumur 2 – 8 bulan.[5] Karakterisasi dari infeksi ini adalah adanya necrosis berwarna coklat muda pada pinggir daun yang kemudian secara bertahap menyebar ke pelepah, infeksi kemudian menyebar ke bagian atas daun, petiol, dan ujung batang yang mengakibatkan bagian daun dari batang tersebut mengalami kekeringan.[5] Jika tidak disadari dan tidak dikontrol, infeksi dari Phomopsis sp. akan menyebar sampai ke seluruh bibit sehingga proses penanaman jati tidak bisa dilakukan. Pohon Jati (Tectona grandis) Manfaat Dari Akar Hingga Daun Eksistensi pohon jati sebagai penghasil kayu kualitas nomor wahid sudah tidak diragukan lagi. Pohon jati memang sangat dikenal dengan hasil kayu yang indah, awet, tahan terhadap serangan rayap dan cuaca. Pohon dengan nama ilmiah Tectona grandis sp. ini mampu tumbuh hingga ratusan tahun dengan ukuran yang besar dan tinggi sekitar 40-45 meter. Ciri-Ciri Sebagai pohon penghasil kayu nomor satu kelas dunia, jati memiliki ciri-ciri khusus. Pohon tinggi besar dan lurus, memiliki lingkaran tahun, warna kayu coklat kuning hingga cokelat kemerahan, bentuk daun elips dengan ukuran 60-70x80-100cm untuk pohon muda dan akan mengecil saat pohon semakin tua berkisar 15x20cm, daun berbulu halus dan menghasilkan warna merah darah jika diremas. Selain itu, kayu jati memiliki ciri khusus yang sangat unik. Hal ini pula yang membuat jati dijadikan kayu berkualitas tinggi. Permukaan kayu jati memiliki zat serupa minyak sehingga membuat kayu tampak indah tanpa harus divernis. Cukup diamplas, berbagai furniture maupun barang berbahan dasar kayu jati akan tampak indah. Terlebih, jika diletakkan di tempat beratap. Kokoh dan "Tahan Api" Pohon jati dapat dikatakan sebagai salah satu pohon yang paling peka terhadap perubahan cuaca. Hal ini terbukti dengan pengguguran daun saat kemarau untuk mengurangi penguapan melalui daun sehingga persediaan air tidak cepat habis. Jati cocok tumbuh di area tanah agak basa yang memiliki pH 6-8, mengandung kapur yang cukup banyak, mengandung fosfor, dan tidak terlalu tergenang air. Jati merupakan kayu yang sangat kokoh dan keras. Pengolahan kayu jati harus dilakukan dengan telaten. Bahkan, para pekerja Inggris kala itu meminta upah lebih jika harus membuat barang berbahan jati. Tak jarang, kekerasan kayu jati mampu menghancurkan perkakas para pekerja. Kekokohan inilah yang membuat jati digunakan untuk membuat kapal laut VOC pada abad ke-17. Selain digunakan sebagai bahan baku kapal-kapal laut, kayu jati digunakan untuk membuat konstruksi berat. Misalnya, pembuatan rel kereta dan jembatan. Di lingkungan rumah tangga, kayu jati digunakan untuk membuta berbagai furniture dan konstruksi bangunan. Kayu jati dipilih karena memiliki ketahanan luar biasa dan tahan terhadap perubahan cuaca serta serangan rayap. Pohon jati boleh dikatakan sebagai kayu pertama yang tahan terhadap api atau tidak mudah terbakar. Hal ini terjadi karena jati memiliki kulit yang tebal. Tidak hanya kulit pohon, buah jati memiliki kulit tebal serta dilindungi tempurung cukup keras. Biji pohon jati tidak akan rusak saat terbakar karena hanya tempurungnya yang terbakar. Bila tempurung biji rusak, jati akan mudah bertunas saat hujan tiba. Kegunaan Pohon Jati Selain kuat, pohon jati memiliki banyak manfaat dari akar hingga daun. Berikut ini beberapa manfaat pohon jati. Akar berguna sebagai pewarna. Sekitar abad ke-17, warga Sulawesi Selatan menggunakan akar jati untuk mewarnai anyaman. Warna yang dihasilkan adalah kuning dan kuning agak kecoklatan. Pohon jati berguna untuk membuat berbagai konstruksi berat dan furniture. Selain itu, hasil seduhan kayu jati yang pahit dapat dijadikan sebagai penawar rasa sakit. Ranting pohon jati berguna sebagai bahan bakar kualitas satu yang menghasilkan panas sangat tinggi sehingga dulu digunakan sebagai bahan bakar lokomotif uap. Daun muda yang diseduh maupun ditumbuk berguna sebagai penawar rasa sakit.